Tuesday, September 14, 2021

SIWA BUDHA

 





OM Nama Siwa-Buddha.

Kedua pendeta Siwa dan Buddha diharapkan menguasai ajaran Siwa dan Buddha. "Apan tiwas juga sirang muni Buddha paksa; yan tan wruhing parama tattwa Siwatwa marga; mangkang munindra sang apaksa Siwatawa yoga; yan tan wruhing paramatattwa Jinatwa mandia" (karena dipandang tidak sempurna bila pendeta Buddha tidak mengetahui hakikat ajaran Siwa; demikian pula para pendeta Siwa dipandang tidak sempurna jika tidak mengetahui inti ajaran Buddha). Lebih jauh tidak hanya mengetahui kedua ajaran tersebut, yang paling penting adalah mampu membuatnya menunggal di dalam dirinya. Penunggalan ini bukan sekedar pemberian nama kepada seseorang pendeta; yang dipentingkan adalah bahwa benar-benar yang bersangkutan memperagakan Siwa-Buddha (Siwa-Buddha paraga) disamping memperagakan Weda (Weda paraga). Itulah sebabnya dalam tradisi Hindu di Bali seorang pendeta tidak boleh mempercayai suara engengan yang belum tentu kebenarannya. Para pendeta harus berpedoman kepada sastra-sastra agama karena pendeta adalah berbadankan sastra (sastra paraga), artinya seorang pendeta tidak boleh alpha sastra. Secara hirarkhis, kebenaran bersumber pada kebenaran sastra (sastratah), lebih tinggi dari guru (gurutah) dan swatah atau kebenaran disepakati bersama (paroktah).

OM Shanti.

 

No comments:

Post a Comment