TILEM KE SANGA




 NYEPI TILEM KESANGA

Mari kita tengok isi dari lontar aji swamandala yang dipake rujukan sehingga hari suci Nyepi digeser dari Tilem Kesanga ke Penanggal Apisan Sasih Kedasa ;
"Nyan Sang Hyang Aji Swamandala, hangajaraken hala-hayu, lwirnya mahayu, paryangan we rahayu, yan hanambut karya, lwirnya makiis, mancawalikrama, YAN NUJU TILEMING CETRA, husan ukun Galungan, baneh, Bu, Ka, Pahang, haja nggalaraken Tawur Sanga, yan durung Pegatwakan Paang, yanambahin tan sida karya, Dewata malalis, Dewa moktah, hika tka wenang, yan kalangan bwat wenang ring TILEMING KADASA PANUTUGNYA, pangasangayanika, haja lyanin, ngingan pangaksamanya maring Widi, ring Hyang Basukih, reh gumi kalangan. Mwang ring Hyang Bhairawi Durga, ngaksama saluwirnya, upakaranya, mabanten tumpeng guru, peras penyeneng, daksina, tunggal upakaraniya, katur ring Basukih."
"Yan hana huwang hamuja tawur, ya durung masalah wuku Pahang, yan MANUJU TILEM KESANGA wusan huku Galungan, Dungulan, nganeh huku Pahang, palaniya candala ikang rat."
Terjemahannya:
"Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti makiis, mañcawalikrama, jika tilêm cetra jatuh sesudah wuku Galungan, sebelum, Budha, Kliwon, Pahang, jangan melangsungkan Tawur Kesanga, sebelum Pêgatuakan Pahang."
"Bila hal itu dilaksanakan, karya tidak akan berhasil, para dewata akan pergi, dewa menghilang. Bila ada halangan berat, ritual Kasanga (pangasangan) tersebut dapat dilaksanakan pada Tilêm Kedasa sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. Tetapi itu dengan diadakan permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada Hyang Bairawi Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan bantên tumpêng guru, peras penyeneng, daksina. Upakara itulah hanya satu dipersembahkan di Besakih."
"Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku Pahang, pada waktu MENUJU Tilêm Kasanga, sesudah wuku Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Pahang, dunia akan rusak."
(Lontar Swamandala)
Dapat disimpulkan atau ditafsirkan bunyi lontar swamandala diatas adalah ;
• Pertama, tidak spesifik menyatakan tentang tawur kesanga yang ada kaitannya dengan Nyepi.
• Kedua, tawur tilem kesanga yang dimaksud adalah tawur pada sasih kesanga menuju tilem kesanga.
• Ketiga, tawur tilem kesanga dapat ditunda pelaksanaannya apabila jatuh pada saat uncal balung sampai usainya uncal balung pada sasih kedasa.
Sekarang mari kita tengok beberapa lontar yang menyatakan sangat jelas bahwa Nyepi wajib dilaksanakan pada Tilem Kesanga bukan pada penanggal apisan sasih kedasa dibawah ini ;
"....Mwah Tika Tilem Kasanga, Ulun ginawe Yoga, Tka wnang wwang ring madya, ginawe tawur swang, Nyepi sadinten, den ana pranging sata, ya bala pan Sangkala Bhumi, Yan Nora mangkana , rugwwanging madya..."
Artinya :
"Ketika datang Tilem Kesanga, dimana Aku sedang beryoga, wajib setiap manusia di dunia, menyelenggarakan TAWUR dan NYEPI sehari penuh, dan ada sabung ayam untuk abdi Sang Kala Bumi, Jika tidak seperti itu, Kacaulah dunia..."
(Siwa Tatwa Purana, 16b)
Lontar diatas sangat jelas dikatakan bahwa Bhatara Siwa meyoga saat Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Kemudian lebih lanjut dikatakan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut :
".....Atka ring cetramasa, ring tilem kunang, pasucen watek dewata kabeh, an ring teleng ing samudra camananira ameta sari ning amreta kamadalu, yogya wong kabeh ngaturaken puja kreti, ring sarwa dewa kramanya, ring catur dasi kresnapaksa agawekna bhutayajna, rikeng catuspata ning desa, nistanya panca sata, madya panca sanak, uttamanya catur agung, yamaraja, pinuja dening sang mahapandita, siwa budha...."
Artinya :
"Pada saat bulan mati masa kesembilan (Tilem Kesanga) tiba merupakan hari baik bagi para dewata menyucikan diri. Adapun tempat mereka menyucikan diri adalah di tengah samudra dengan mengambil intisari air suci kehidupan Kamandalu. Pada saat itu manusia wajib pemujaan kepada para dewa. Pada saat paroh gelap ke empat belas (panglong kaping pat belas), manusia wajib membuat upacara bhutayajna, bertempat di perempatan desa, mulai dari tingkat nista berupa caru panca sata, tingkat madya berupa caru panca sanak, dan tingkat utama berupa catur agung, yamaraja, dipimpin oleh pendeta agung siwa budha..."
(Lontar Sundarigama)
Begitu juga lontar Gama Tiga sangat jelas menyatakan ;
"Nihan, ring purwaning tilem kesanga, gaweyakna bhuta yadnya ring catur pataning desa......."
Disamping 3 lontar diatas ada juga termuat dalam lontar Tattwa Gama Tirta menyatakan hal sama bahwa Nyepi jatuh Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Keempat lontar diatas sangat jelas menyatakan bahwa tilem kesanga saat bulan paling gelap atau bulan mati/gelap penuh adalah hari yang sangat tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga bukan untuk tawur kesanga.
Jangan sampai Ida Bhatara Siwa Mayoga di niskala kita malah melaksanakan pengerupukan di skala sehingga mengganggu keheningan yoga Ida Bhatara Siwa.
Dari 4 (empat) lontar diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Penyepian dilaksanakan pada tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) karena Ida Bhatara Siwa meyoga pada saat tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh).
• Tawur Agung Kesanga dilaksanakan di Catus Pata pada panglong kaping pat belas (paroh gelap 14).
• Panglong kaping pat belas/14 sesuai dengan Catur Dasa Aksara yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Nang Mang, Sing, Wang, Ang, Ung, Mang, Ang, Ah, Ong sebagai Penelasing Aksara dalam 108 aksara dan juga penelasing wariga.
Angka 14 jelas sebagai signal kuat dalam perhitungan pada panglong kaping pat belas tilem kesanga. Dimana posisi Penelasing Aksara dan penelasing wariga adalah keseimbangan atau menempatkan bhuta sebagai dasar. Senada juga posisi planet dan tata surya lainnya secara keseluruhan tepat susunannya sesuai porosnya sehingga sangat tepat melaksanakan Tawur Kesanga yang bertujuan agar keseimbangan tetap terjaga di waktu yang sama di masa mendatang.
• Tawur Agung Kesanga wajib dilaksanakan tabuh rah di Catus Pata selain kurban kerbau dan binatang lainnya.
• Tawur Agung Kesanga wajib dipuput oleh Tri Sadhaka (Pandita Siwa, Pandita Siwa Budha, Pandita Siwa Waisnawa/Bujangga) merupakan gegelaran/konsep pemujaan daripada para Pandita Agung Siwa Budha ajaran Siwa Sidhanta sesuai lontar Sutasoma dan prasasti samuan tiga jelas menyatakan Siwa Marupa Budha sebagai pencipta segalanya.
• Apabila tidak dilaksanakan tepat waktu sesuai yang ditetapkan atau tidak melaksanakan maka akan berakibat kekacauan atau ketidakseimbangan alam.
Perubahan hari suci Nyepi dari tilem kesanga menjadi penanggal apisan sasih kedasa sepertinya dilaksanakan ketika hari suci nyepi diakui secara nasional. Padahal hari suci nyepi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pergantian tahun saka kalender Bali yang timbul dikarenakan ada usaha usaha memasukkan penanggalan kalender Nirayana India pada penanggalan Gama Bali.
Gama Bali (Hindu Bali) sesungguhnya tidak mengenal tahun baru karena makna "Wariga adalah Warah Ing Raga yang artinya petunjuk Tuhan (Weda) dalam diri". Wariga didalamnya tidak hanya ada penanggalan namun ada Sasih (penanggal & panglong), Wuku, Wewaran, Aksara, Tatwa dan lainnya berkenaan dengan Panca Yadnya.
Penanggalan Gama Bali (Hindu Bali) jumlahnya 35 hari dalam sebulan berbeda dengan tahun masehi yang hanya 30 hari dan siklusnya tak terputus berputar terus bagai perputaran bumi sebab wariga sama dengan Weda tanpa awal dan akhir.
Hal demikian juga diperkuat dengan jumlah sasih ada 12 sasih maka sangat jelas bahwa ajaran Bali tidak mengenal tahun baru seperti dihembuskan beberapa pihak bahwa jumlah angka 9 (sasih kesanga) adalah tertinggi oleh sebab itu mulai lagi dari 1 (satu) padahal setelah 9 (sasih kesanga) ada 10 (sasih kedasa) hingga 12 (sasih sadha).
Lebih lanjut lagi yang menguatkan bahwa tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) adalah waktu yang tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga yaitu hari suci Siwa Ratri. Dimana Ida Bhatara Siwa mayoga saat tilem paling gelap yaitu Tilem Kapitu hal ini sama pengertiannya dengan Tilem Kesanga adalah bulan paling gelap bukan di penanggal apisan sasih kedasa.
Selanjutnya, mari kita melihat ke belakang sejenak merujuk sejarah ajaran Bali sejak Mpu Kuturan dengan prasasti samuan tiga konon tahun 1001 masehi. Jauh sebelum itu Bali sudah memiliki sebuah lembaga masyarakat adat semacam republik turun temurun mungkin juga berumur ribuan tahun yang dikenal dengan Sarbwa Kumpi Dyah Sanat dan pada jaman Mpu Kuturan diganti namanya dengan Pakirakiran Jro Makabehan.
Bahkan di Trunyan ada sebuah pura disinyalir dari jaman megalitikum (batu) dengan sesuhunan berstana disana adalah Bhatara Datonta. Sangat jelas lagi ketika ada pura tentu ada yadnya begitu juga ada hari odalannya dimana menggunakan wariga untuk menentukan upacara yadnya.
Sekarang, pertanyaan logika sederhana apakah Gama Bali mulai ada sejak tahun Saka 1945 ? jawabannya jelas TIDAK karena Gama Bali sudah berumur ribuan tahun. Nyepi berdasarkan Wariga Bali ajaran Gama Bali. Tahun Saka berdiri sendiri dan tidak ada kaitannya dengan Gama Bali yang lahir di Bali sementara tahun saka lahir di India.
Narasi pembenaran dan cocoklogi sangat kental agar hari Nyepi dapat digeser ke penanggal apisan sehingga terkesan ada hubungan dengan tahun baru saka Bali akibat merujuk pada tahun saka India hanya karena penanggalan tahun Bali tidak diketahui kapan mulainya.
Jangan sampai hanya karena Gama Bali diakui sebagai agama Hindu Bali pada tahun 1959. Lalu, selayaknya sebuah agama memiliki tahun baru kemudian mengikuti tafsir hindustan dengan perhitungan tahun saka India dan dipaksakan digeser pelaksanaan Nyepi menjadi pinanggal apisan sasih kedasa.
Konsep agama luar dan tafsir hindustan telah mempengaruhi ajaran Gama Bali seperti adanya salam, waktu sembahyang, konsep belajar, konsep pemujaan, filsafat dan lainnya agar sejajar agama lainnya. Sehingga Gama Bali (Hindu Bali) dalam pelaksanaannya menjadi tidak murni lagi bahkan jauh dari kebenaran Gama Bali (Hindu Bali).
Jadi, pelaksanaan tawur kesanga seyogyanya dikembalikan pada purwaning tilem kesanga (Panglong 14) dan keesokannya penyepian tepat pada tilem kesanga bukan pada penanggal apisan sasih kedasa.
Nyepi yang beberapa tahun terakhir jatuh pada penanggal apisan sasih kedasa wajib untuk DIKAJI ULANG dan Nyepi sama sekali tidak ada hubungannya dengan tahun baru saka karena sama sama berdiri sendiri.
Share:

Contact Us

Name

Email *

Message *

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
My Name is NI NENGAH DESSI.I am a blogger.Female.I am a Balinese.Indonesia is my country.

SEGEHAN HARI RAYA NYEPI

  Kemarin banyak yang tanya Segehan yg 11tanding itu untuk dimana Ini saya share ulang yang lebih lengkap. ✓ Tri Mala Paksa, yaitu Bhuta Buc...