PENYAMBELAHAN DI CATUS
PATA
Pementasan calonarang
adalah salah satu kesenian yang sangat sakral dalam adat Bali, pada akhir
pementasan dengan dilaksanakan upacara "nyambleh", dalam nyambleh
ini, akan dilakukan penyembelihan hewan atau kurban suci sesuai tingkatannya,
yang paling rendah adalah dengan anak ayam dan yang paling tinggi adalah dengan
menyembelih "Kucit Butuhan" atau anak babi jantan yang berusia
beberapa hari.
.
Nyambleh bertujuan untuk meruwat atau menetralisir
seluruh kekuatan negatif di alam semesta. Kekuatan negatif tak lain adalah
Bhuta dan Kala yang bersemayam pada Bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit
(manusia), nyambleh juga termasuk upacara bhuta yadnya salah satu ritual agama
Hindu, karena ditunjukkan kepada segala kekuatan alam yang bersifat Bhuta
termasuk para mahkluk tak kasat mata.
.
Persembahan kurban suci binatang ini biasanya
dilaksanakan di perempatan atau kuburan yang dipersembahkan kepada saktinya
Dewa Siwa yaitu Dewi Durga yang dimanifestasikan dalam wujud Rangda setelah
beliau "mesolah" atau menari dalam pementasan calonarang
.
Upacara yang menjadi penutup dalam pementasan
calonarang ini memiliki filosofi dimana setelah Bhatari Durga yang turun ke
dunia dalam wujud menyeramkan, diiringi oleh para pengawal beliau berupa
mahkluk-mahkluk halus berupa Bhuta kala yang kemudian diruwat dengan upacara
nyambleh, beliau kembali menjadi Dewi Parwati yang cantik jelita dan para
pengawal beliau yang menakutkan kembali menjadi wujud bidadari dan penghuni
surgawi yang indah.
.
Penggunaan anak babi jantan pada Upacara Nyambleh
ini membuktikan bahwa adanya suatu kesamaan dengan upacara Pashu-Yadnya di
India. Pelaksanaan upacara Nyambleh di tempat yang dianggap keramat seperti di
kuburan tempat kremasi, dan di perempatan Agung. Selain dalam pementasan
calonarang ritual nyambleh juga dilaksanakan pada upacara ngereh Sesuhunan
Barong atau Rangda dan pada upacara Nangluk merana tujuannya pun sama yakni
mengembalikan segala unsur negatif di alam.
No comments:
Post a Comment