IBU

 


IBU

 

Matrdevo bhava pitrdevobhava

Acaryadevo bhava atithidevo bhava.

(Taittiriya Upanishad.I.11)

(Seorang ibu adalah dewa, seorang bapak adalah dewa, seorang guru adalah dewa dan para tamu pun adalah dewa).

Ada 5 Ibu yang wajib dihormati:

1.Deha Maatta:

Ibu yang melahirkan kita.Tuhan tidak akan memberikan anugerah pada orang yang tidak berbakti kepada Ibunya.

2.Deva Maatta:

Tuhan sebagai ibu yang dengan  penuh kasih menuntun kita mengarungi dinamika kehidupan.

3.Veda Maatta:

Sabda suci Tuhan yang berisi berbagai tuntunan hidup.

4.Bumi Maatta:

Ibu Pertivi, bumi ini tempat lahirnya manusia, hewan dan tumbuhan.

5.Desa Maatta:

Tradisi yang bersumber dari kitab suci sebagai ibu umat manusia.

Om Jay Maa 🙏

Share:

XERO UK

 

Xero Tutorial - Part 1 - Introduction & Getting Started #xero #course

https://youtu.be/-uIXEh_vYKQ?si=SosOlto1dPeGcSRt

 


Xero Course - Part 2 - The Chart of Accounts #xero #course

https://youtu.be/b1y7Kh2Bldk?si=EeAXxI3vOQ3-rrtK

 

Xero Training Tutorial - Part 3 - Adding & Editing Accounts #xero #course

https://youtu.be/voIydY2529I?si=4a5xADXxhmH13NO2

Xero Training Course - Part 4 - Adding Customers (Contacts) #xero

https://youtu.be/-afxuPEiBYM?si=px7rGJ8vVEaz3CH6

https://youtu.be/tijSJao4rjk?si=MXNHyUneEW3CShVk

https://youtu.be/tijSJao4rjk?si=2T3BmtuyzmYgVUIg

Xero Basics Course - Part 5 - Viewing & Editing Customers (Contacts)

https://youtu.be/-afxuPEiBYM?si=SyWQGDH5huX6f8YV

 

Xero Basics Course - Part 6 - Adding & Editing Sales Invoices (Customer Invoices) #xero #course

https://youtu.be/e-8K8mQ--Go?si=Y2ythZtYrgBqUAvZ

Xero Basics Course - Part 7 - Adding Suppliers

https://youtu.be/EN2hIXQHVg4?si=beboqfP6HVLF7322

Xero Tutorial - Part 8 - Recording Supplier Invoices

https://youtu.be/JGIcajPot28?si=_ot9PLiK0WHzYydr

Xero Tutorial - Bank Accounts - Part 9

https://youtu.be/ZIcn75b6Wzs?si=6lRW_IxqD-EmzWWq

Recording Customer & Supplier Payments - Xero Course - Part 10

https://youtu.be/ebuRSUDbWbk?si=cL7Y5CoNPIfv7D6K

Recording Money In and Money Out - Xero Tutorial - Part 11

https://youtu.be/6WgA67Jb85Y?si=TrtmZahLsV9O7Pjp

How to do Bank Transfers on Xero - Xero Training Course - Part 12

https://youtu.be/95CU5l43PRU?si=zPB4TCVqegCoc-LG


How to Create Budgets in Xero

https://youtu.be/29kXCm2Zl9o?si=LQA3RWUH5BNs2wJG


Depreciation in Xero: A complete guide for beginners

https://youtu.be/CxDhBfH544I?si=Nrw8JgUcUllPTxNE

 

Depreciation in Xero: A complete guide for beginners

https://youtu.be/CxDhBfH544I?si=LTi6M1XyEhQ2x-Ux

Share:

TILEM KE SANGA




 NYEPI TILEM KESANGA

Mari kita tengok isi dari lontar aji swamandala yang dipake rujukan sehingga hari suci Nyepi digeser dari Tilem Kesanga ke Penanggal Apisan Sasih Kedasa ;
"Nyan Sang Hyang Aji Swamandala, hangajaraken hala-hayu, lwirnya mahayu, paryangan we rahayu, yan hanambut karya, lwirnya makiis, mancawalikrama, YAN NUJU TILEMING CETRA, husan ukun Galungan, baneh, Bu, Ka, Pahang, haja nggalaraken Tawur Sanga, yan durung Pegatwakan Paang, yanambahin tan sida karya, Dewata malalis, Dewa moktah, hika tka wenang, yan kalangan bwat wenang ring TILEMING KADASA PANUTUGNYA, pangasangayanika, haja lyanin, ngingan pangaksamanya maring Widi, ring Hyang Basukih, reh gumi kalangan. Mwang ring Hyang Bhairawi Durga, ngaksama saluwirnya, upakaranya, mabanten tumpeng guru, peras penyeneng, daksina, tunggal upakaraniya, katur ring Basukih."
"Yan hana huwang hamuja tawur, ya durung masalah wuku Pahang, yan MANUJU TILEM KESANGA wusan huku Galungan, Dungulan, nganeh huku Pahang, palaniya candala ikang rat."
Terjemahannya:
"Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti makiis, mañcawalikrama, jika tilêm cetra jatuh sesudah wuku Galungan, sebelum, Budha, Kliwon, Pahang, jangan melangsungkan Tawur Kesanga, sebelum Pêgatuakan Pahang."
"Bila hal itu dilaksanakan, karya tidak akan berhasil, para dewata akan pergi, dewa menghilang. Bila ada halangan berat, ritual Kasanga (pangasangan) tersebut dapat dilaksanakan pada Tilêm Kedasa sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. Tetapi itu dengan diadakan permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada Hyang Bairawi Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan bantên tumpêng guru, peras penyeneng, daksina. Upakara itulah hanya satu dipersembahkan di Besakih."
"Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku Pahang, pada waktu MENUJU Tilêm Kasanga, sesudah wuku Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Pahang, dunia akan rusak."
(Lontar Swamandala)
Dapat disimpulkan atau ditafsirkan bunyi lontar swamandala diatas adalah ;
• Pertama, tidak spesifik menyatakan tentang tawur kesanga yang ada kaitannya dengan Nyepi.
• Kedua, tawur tilem kesanga yang dimaksud adalah tawur pada sasih kesanga menuju tilem kesanga.
• Ketiga, tawur tilem kesanga dapat ditunda pelaksanaannya apabila jatuh pada saat uncal balung sampai usainya uncal balung pada sasih kedasa.
Sekarang mari kita tengok beberapa lontar yang menyatakan sangat jelas bahwa Nyepi wajib dilaksanakan pada Tilem Kesanga bukan pada penanggal apisan sasih kedasa dibawah ini ;
"....Mwah Tika Tilem Kasanga, Ulun ginawe Yoga, Tka wnang wwang ring madya, ginawe tawur swang, Nyepi sadinten, den ana pranging sata, ya bala pan Sangkala Bhumi, Yan Nora mangkana , rugwwanging madya..."
Artinya :
"Ketika datang Tilem Kesanga, dimana Aku sedang beryoga, wajib setiap manusia di dunia, menyelenggarakan TAWUR dan NYEPI sehari penuh, dan ada sabung ayam untuk abdi Sang Kala Bumi, Jika tidak seperti itu, Kacaulah dunia..."
(Siwa Tatwa Purana, 16b)
Lontar diatas sangat jelas dikatakan bahwa Bhatara Siwa meyoga saat Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Kemudian lebih lanjut dikatakan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut :
".....Atka ring cetramasa, ring tilem kunang, pasucen watek dewata kabeh, an ring teleng ing samudra camananira ameta sari ning amreta kamadalu, yogya wong kabeh ngaturaken puja kreti, ring sarwa dewa kramanya, ring catur dasi kresnapaksa agawekna bhutayajna, rikeng catuspata ning desa, nistanya panca sata, madya panca sanak, uttamanya catur agung, yamaraja, pinuja dening sang mahapandita, siwa budha...."
Artinya :
"Pada saat bulan mati masa kesembilan (Tilem Kesanga) tiba merupakan hari baik bagi para dewata menyucikan diri. Adapun tempat mereka menyucikan diri adalah di tengah samudra dengan mengambil intisari air suci kehidupan Kamandalu. Pada saat itu manusia wajib pemujaan kepada para dewa. Pada saat paroh gelap ke empat belas (panglong kaping pat belas), manusia wajib membuat upacara bhutayajna, bertempat di perempatan desa, mulai dari tingkat nista berupa caru panca sata, tingkat madya berupa caru panca sanak, dan tingkat utama berupa catur agung, yamaraja, dipimpin oleh pendeta agung siwa budha..."
(Lontar Sundarigama)
Begitu juga lontar Gama Tiga sangat jelas menyatakan ;
"Nihan, ring purwaning tilem kesanga, gaweyakna bhuta yadnya ring catur pataning desa......."
Disamping 3 lontar diatas ada juga termuat dalam lontar Tattwa Gama Tirta menyatakan hal sama bahwa Nyepi jatuh Tilem Kesanga (bulan mati/gelap penuh).
Keempat lontar diatas sangat jelas menyatakan bahwa tilem kesanga saat bulan paling gelap atau bulan mati/gelap penuh adalah hari yang sangat tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga bukan untuk tawur kesanga.
Jangan sampai Ida Bhatara Siwa Mayoga di niskala kita malah melaksanakan pengerupukan di skala sehingga mengganggu keheningan yoga Ida Bhatara Siwa.
Dari 4 (empat) lontar diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Penyepian dilaksanakan pada tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) karena Ida Bhatara Siwa meyoga pada saat tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh).
• Tawur Agung Kesanga dilaksanakan di Catus Pata pada panglong kaping pat belas (paroh gelap 14).
• Panglong kaping pat belas/14 sesuai dengan Catur Dasa Aksara yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Nang Mang, Sing, Wang, Ang, Ung, Mang, Ang, Ah, Ong sebagai Penelasing Aksara dalam 108 aksara dan juga penelasing wariga.
Angka 14 jelas sebagai signal kuat dalam perhitungan pada panglong kaping pat belas tilem kesanga. Dimana posisi Penelasing Aksara dan penelasing wariga adalah keseimbangan atau menempatkan bhuta sebagai dasar. Senada juga posisi planet dan tata surya lainnya secara keseluruhan tepat susunannya sesuai porosnya sehingga sangat tepat melaksanakan Tawur Kesanga yang bertujuan agar keseimbangan tetap terjaga di waktu yang sama di masa mendatang.
• Tawur Agung Kesanga wajib dilaksanakan tabuh rah di Catus Pata selain kurban kerbau dan binatang lainnya.
• Tawur Agung Kesanga wajib dipuput oleh Tri Sadhaka (Pandita Siwa, Pandita Siwa Budha, Pandita Siwa Waisnawa/Bujangga) merupakan gegelaran/konsep pemujaan daripada para Pandita Agung Siwa Budha ajaran Siwa Sidhanta sesuai lontar Sutasoma dan prasasti samuan tiga jelas menyatakan Siwa Marupa Budha sebagai pencipta segalanya.
• Apabila tidak dilaksanakan tepat waktu sesuai yang ditetapkan atau tidak melaksanakan maka akan berakibat kekacauan atau ketidakseimbangan alam.
Perubahan hari suci Nyepi dari tilem kesanga menjadi penanggal apisan sasih kedasa sepertinya dilaksanakan ketika hari suci nyepi diakui secara nasional. Padahal hari suci nyepi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pergantian tahun saka kalender Bali yang timbul dikarenakan ada usaha usaha memasukkan penanggalan kalender Nirayana India pada penanggalan Gama Bali.
Gama Bali (Hindu Bali) sesungguhnya tidak mengenal tahun baru karena makna "Wariga adalah Warah Ing Raga yang artinya petunjuk Tuhan (Weda) dalam diri". Wariga didalamnya tidak hanya ada penanggalan namun ada Sasih (penanggal & panglong), Wuku, Wewaran, Aksara, Tatwa dan lainnya berkenaan dengan Panca Yadnya.
Penanggalan Gama Bali (Hindu Bali) jumlahnya 35 hari dalam sebulan berbeda dengan tahun masehi yang hanya 30 hari dan siklusnya tak terputus berputar terus bagai perputaran bumi sebab wariga sama dengan Weda tanpa awal dan akhir.
Hal demikian juga diperkuat dengan jumlah sasih ada 12 sasih maka sangat jelas bahwa ajaran Bali tidak mengenal tahun baru seperti dihembuskan beberapa pihak bahwa jumlah angka 9 (sasih kesanga) adalah tertinggi oleh sebab itu mulai lagi dari 1 (satu) padahal setelah 9 (sasih kesanga) ada 10 (sasih kedasa) hingga 12 (sasih sadha).
Lebih lanjut lagi yang menguatkan bahwa tilem kesanga (bulan mati/gelap penuh) adalah waktu yang tepat bagi Ida Bhatara Siwa dan para dewata mayoga yaitu hari suci Siwa Ratri. Dimana Ida Bhatara Siwa mayoga saat tilem paling gelap yaitu Tilem Kapitu hal ini sama pengertiannya dengan Tilem Kesanga adalah bulan paling gelap bukan di penanggal apisan sasih kedasa.
Selanjutnya, mari kita melihat ke belakang sejenak merujuk sejarah ajaran Bali sejak Mpu Kuturan dengan prasasti samuan tiga konon tahun 1001 masehi. Jauh sebelum itu Bali sudah memiliki sebuah lembaga masyarakat adat semacam republik turun temurun mungkin juga berumur ribuan tahun yang dikenal dengan Sarbwa Kumpi Dyah Sanat dan pada jaman Mpu Kuturan diganti namanya dengan Pakirakiran Jro Makabehan.
Bahkan di Trunyan ada sebuah pura disinyalir dari jaman megalitikum (batu) dengan sesuhunan berstana disana adalah Bhatara Datonta. Sangat jelas lagi ketika ada pura tentu ada yadnya begitu juga ada hari odalannya dimana menggunakan wariga untuk menentukan upacara yadnya.
Sekarang, pertanyaan logika sederhana apakah Gama Bali mulai ada sejak tahun Saka 1945 ? jawabannya jelas TIDAK karena Gama Bali sudah berumur ribuan tahun. Nyepi berdasarkan Wariga Bali ajaran Gama Bali. Tahun Saka berdiri sendiri dan tidak ada kaitannya dengan Gama Bali yang lahir di Bali sementara tahun saka lahir di India.
Narasi pembenaran dan cocoklogi sangat kental agar hari Nyepi dapat digeser ke penanggal apisan sehingga terkesan ada hubungan dengan tahun baru saka Bali akibat merujuk pada tahun saka India hanya karena penanggalan tahun Bali tidak diketahui kapan mulainya.
Jangan sampai hanya karena Gama Bali diakui sebagai agama Hindu Bali pada tahun 1959. Lalu, selayaknya sebuah agama memiliki tahun baru kemudian mengikuti tafsir hindustan dengan perhitungan tahun saka India dan dipaksakan digeser pelaksanaan Nyepi menjadi pinanggal apisan sasih kedasa.
Konsep agama luar dan tafsir hindustan telah mempengaruhi ajaran Gama Bali seperti adanya salam, waktu sembahyang, konsep belajar, konsep pemujaan, filsafat dan lainnya agar sejajar agama lainnya. Sehingga Gama Bali (Hindu Bali) dalam pelaksanaannya menjadi tidak murni lagi bahkan jauh dari kebenaran Gama Bali (Hindu Bali).
Jadi, pelaksanaan tawur kesanga seyogyanya dikembalikan pada purwaning tilem kesanga (Panglong 14) dan keesokannya penyepian tepat pada tilem kesanga bukan pada penanggal apisan sasih kedasa.
Nyepi yang beberapa tahun terakhir jatuh pada penanggal apisan sasih kedasa wajib untuk DIKAJI ULANG dan Nyepi sama sekali tidak ada hubungannya dengan tahun baru saka karena sama sama berdiri sendiri.
Share:

TUTORIAL MESIN JAHIT TANGAN

 







Handy Sewing Machine for Quick Repairs

https://youtu.be/8ozVoGXpEbM




Unbelievable Results with a Portable Sewing Machine!

https://youtu.be/cq6Fb2ckjSg

 



How to Operate a Handheld Sewing Machine – Tutorial

https://youtu.be/iW3AULgs2uU


How to Operate a Handheld Sewing Machine – Tutorial

https://youtu.be/iW3AULgs2uU

How to use / operate Handheld Sewing Machine –HAITRAL

https://youtu.be/5k0nwgCNWrs



Tutorial cara menggunakan HANDY STITCH - Mesin jahit tangan

https://youtu.be/neQ4POKnsXE

 

 

Portable and Cordless Handheld Sewing Machine | Unboxing & Testing

https://youtu.be/Gxy34ra2ZFY





Share:

TERONG

 

A friend from Turkey taught me how to cook eggplant so tasty, tastier than meat! Simple recipe.

https://youtu.be/Xjnckhz6GVg

 

Share:

EGO

 



Sifat EGOIS

1.Tidak merasa bersalah jika merepotkan orang lain

Sebagai makhluk sosial, sudah pasti kita akan memerlukan orang lain. Meminta tolong kepada orang lain untuk melakukan hal yang tidak mampu kita lakukan sendiri, tentu sudah biasa terjadi. Tapi, orang yang egois, biasanya tidak memikirkan perasaan orang yang dia mintai tolong.

Orang egois biasanya tidak peduli meskipun orang lain merasa kerepotan karena permintaannya terlalu berlebihan atau di waktu yang tidak tepat.

2. Selalu ingin dinomorsatukan dalam segala hal

Orang egois selalu ingin diistimewakan dan merasa dirinya spesial. Menjadi prioritas bagi semua orang adalah hal yang dia inginkan. Ketika dia ingin melakukan sesuatu, dia merasa bahwa semua orang harus selalu ada untuk mendukung dia dari segi apapun, baik moral maupun material.

3. Sangat jarang menghargai usaha dan kerja keras orang lain

Salah satu tanda sifat egois yang jarang disadari banyak orang adalah kurangnya penghargaan yang diberikan atas usaha orang lain. Orang egois merasa bahwa sudah sewajarnya orang lain melakukan usaha sekeras itu terhadap dirinya karena dia pantas mendapatkan hal tersebut. Padahal bisa jadi orang lain terpaksa melakukan hal tersebut.

4. Selalu merasa bahwa dirinya benar dan orang lain yang salah

Ketika suatu kesalahan terjadi, orang egois sangan enggan untuk menginstropeksi dirinya sendiri. Karena baginya, kesalahan pasti datang dari orang lain dan bukan dari dirinya. Keegoisan seperti ini biasanya menjadikan orang lain malas untuk mendekat. ....Wah, jangan sampai punya sifat begini ya.

5. Enggan mempertimbangkan masukan dari orang lain

Ciri orang egois lainnya yaitu dia tidak pernah menerima masukan dari orang lain. Baik itu dari atasan, guru, orang tua, apalagi temannya sendiri. Baginya, menerima masukan baik berupa kritik maupun saran adalah hal yang menurunkan derajatnya. .,ohhh egois sekali.

6. Melakukan segala cara seperti mengatur orang lain demi kepentingan diri sendiri

Mengatur jadwal orang lain agar bisa membantu dia dalam urusan pribadinya adalah salah satu tanda sikap egois. Tanpa kita sadari, kita pasti sering melakukan hal ini.... Hayo, ngaku? Belum terlambat untuk berubah

Jika kamu sering seperti ini, maka ada baiknya kamu mulai menghargai orang lain. Menanyakan terlebih dahulu kesediaan orang tersebut untuk membantumu bisa jadi solusi yang baik untuk sifat egoismu.

Semoga bermanfaat untuk bahan introspeksi.


Share:

CHEF

 

The executive chef teaches you a new way to cook chicken breasts. The outside of the pot is crispy

The executive chef teaches you a new way to cook chicken breasts. The outside of the pot is crispy and fragrant, tender and delicious.

 

Hello everyone, I am A Chao, and I will share with you a home-cooked recipe every day!

 

I am a food lover and love to sing! Whenever you have time to spare, stop and sing and cook! This is how life can be enjoyed! Especially like making friends! I hope to spread positive energy to everyone through my food!

https://youtu.be/TFULzEaK75g

 

Share:

OTONAN 02


 

Om Swastyastu Semeton

 

Ketut Agus Nova, S.Fil. H. M.Ag atau akrab disapa Jro Anom menjelaskan bayuh oton diyakini sebagai momen untuk menetralisir derita bawaan sejak lahir. Sehingga tidak jarang jika mebayuh dilaksanakan atas kondisi tertentu, seperti kelainan jiwa, sakit berkepanjangan, sering dirundung kesialan atau kecelakaan. “Pelaksanaan mabayuh oton bermaksud untuk pengruwatan demi menyelamatkan manusia dari akibat keburukan hari lahir dan unsur karma phala yang buruk. Karena masih me­lekat pada diri manusia serta mengurangi pengaruh Sad Ripu atau sifat-sifat keraksasaan yang dibawa sejak lahir,” jelasnya.

 

Tak hanya demi menghilangkan segala kesakitan dan kesialan. Mebayuh oton disebut Jro Anom mampu memperbaiki karakter seorang anak. Menurutnya Umat Hindu meyakini karakter anak bisa dibawa sejak lahir. Apabila anak memiliki utang atau kapiutangan saat ia lahir, maka akan ber­dampak pada karakternya kelak ketika ia sudah dewasa.“Untuk memusnahkan karakter buruk yang sudah dibawa dari lahir itu, masyarakat Bali melakukan upacara mabayuh oton. Mereka percaya dan berdasarkan pengalaman beberapa masyarakat, karakter anak itu setelah dibayuh berangsur menjadi lebih baik,” terangnya.

 

Jro Anom menyebutkan upacara mabayuh oton dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan sarana upa­kara yang dipergunakan. Ini didasari disamping perbedaan wewaran, wuku dan ingkel. Bahkan tempat mebayuh atau metubah, tirta yang dipergunakan dikatakan Jro anom bisa saja berbeda-beda. “Untuk menentukan sarana upakara saat mebayuh oton itu didasari atas perhitungan pancawara, saptawara dan pawukon.

 

Sehingga tiap orang bisa saja berbeda-beda jenis sarana upakara yang dipergunakan,” kata dosen STAHN Mpu Kuturan ini. Disebutkan Jro Anom Dalam Lontar Wraspati Kalpa tempat mebayuh juga berbeda-beda, berdasarkan perhitungan pancawara saptawara dan pawukon.


Share:

BANTEN OTONAN

 


BANTEN OTONAN

 

Umat Hindu di Bali mengenal hari kelahiran sebagai Otonan. Dimana Hari Otonan Bali ini diambil dari wewaran menurut tanggal lahir sang anak dan diperingati setiap 6 bulan kalender Caka (210 hari). Mengenai sarana upakara Banten Otonan Bali ini sebenarnya bersifat fleksible dan tidak harus dilakukan dengan mewah. Semuanya dikembalikan ke niat dan ketulusan masing-masing.

 

Saat melakukan prosesi otonan beberapa masyarakat biasanya menggunakan banten tumpeng tiga dan tumpeng lima. Apabila menggunakan banten tumpeng lima, secara umum terdiri dari:

 

1. Banten Pengambeyan, mengandung makna simbolis memohon karunia dari Ida Sang Hyang Widhi dan para leluhur.

2. Banten Dapetan, mengandung makna simbolis ungkapan terima kasih dan rasa syukur kepada Ida Sang Hyand Widhi karena sudah diberikan kesempatan untuk meniti kehidupan dan selalu dalam perlindungan-Nya.

3. Banten Peras, mengandung makna simbolis memohon keberhasilan dan kesuksesan dari suatu yadnya.

4. Banten Pejati, mengandung makna simbolis rasa kesungguhan hati kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan manifestasinya akan melaksanakan suatu upacara, memohon dipersaksikan, dengan tujuan mendapatkan keselamatan.

5. Banten Sasayut, mengandung makna simbolis memohon keselamatan dan kesejahteraan, dan berkurang serta lenyapnya suatu penyakit.

6. Banten Segehan, mengandung makna simbolis harmonisnya hubungan antara manusia dengan semua ciptaan Ida Sang Hyang Widhi (palemahan)

 

Selain itu, juga ada sarana-sarana lainnya seperti bija, dupa, toya anyar, tirta panglukatan, dan Tirta Hyang Guru.

 

Sebelum memasuki prosesi otonan, Sang Ibu dari anak yang diotonkan akan melaksanakan beberapa tahapan prosesi terlebih dahulu diantaranya:

 

1. Sang Ibu akan ngayab sarana banten kehadapan Sang Hyang Atma. Ini sebagai tanda bahwa hari itu merupakan hari lahirnya Sang Hyang Atma yang menjelma sebagai manusia di Bumi.

2. Lalu, dilanjutkan dengan menghaturkan segehan di bawah bale atau tempat dimana anak meoton, untuk memohon kepada Sang Hyang Butha Kala agar prosesi otonan berlancar dan sang anak terhindar dari marabahaya.

Share:

DAKSINA

 


DAKSINA  UNSUR DAN MAKNANYA

 

Daksina merupakan tapakan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan perwujudan-Nya. Daksina mempunyai beberapa fungsi atau tujuan yaitu sebagai berikut:

 

• Permohonan kehadapan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa agar Beliau berkenan melimpahkan wara nugrahaNya.

• Sebagai persembahan atau tanda terima kasih yang dalam “Yadnya Patni”, disebutkan daksina selalu menyertai banten-banten yang agak besar dan sebagainya perwujudan atau pertapakan.

• Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina melambangkan Hyang Guru/Hyang Tunggal.

 

Unsur-Unsur Daksina:

• Alas bedogan/srembeng/wakul/katung, terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang serta ada batas pinggirnya.

• Tampak, dibuat dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah.

• Beras, yang merupakan makanan pokok melambang dari hasil bumi.

• Bedogan/srobong, terbuat dari janur/slepan yang dibuta melingkar dan tinggi, seukuran dengan alas wakul.

• Pisang, Tebu dan Kojong, adalah simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini.

• Telor Itik, dibungkus dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan.

• Sirih/Porosan.

• Kelapa, adalah buah serbaguna, yang juga simbol Pawitra (air keabadian/amertha).

• Papeselan, terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambang Panca Devata.

• Gegantusan, merupakan perpaduan dari isi daratan dan lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-bumbuan.

• Buah kluwek/Pangi, lambang pradhana / kebendaan / perempuan, dari segi warna merah (kekuatan).

• Buah Kemiri, adalah sibol Purusa / Kejiwaan / Laki-laki, dari segi warna putih (ketulusan).

• Sampyan pusung, terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut.

• Sampyan Payasan, lambang dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina.

• Sesari, sebagai saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha).

• Uang Kepeng, adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining manah.

• Benang Tukelan, adalah alat pengikat simbol dari naga Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksaka.



Share:

SUAMI ISTRI MENURUT WEDA

 


Hari Om

Bagi seorang istri setia, suami ibarat dewa, tempat dia berlindung dan berbagi suka maupun duka. Bagi seorang suami setia, istri ibarat dewi, tempat dia dilayani dan berbagi tugas. Ada hubungan yg saling menguntung bila suami istri tidak egois, saling menghormati dan menghargai. Suami hendaknya mendengarkan pendapat istri bila sesuai aturan Weda begitupun istri hendaknya mengikuti semua perkataan suami yg sesuai dgn aturan Weda karena tujuan hidup org berkeluarga adalah menjadi grihastha agar bisa moksa. Maka penting setiap pasangan memperdalam ajaran Weda2 agar bisa seiring sejalan. Om tat sat








Share:

BOLU KUKUS KETAN HITAM

 

Bolu Kukus Ketan Hitam 4 Telur Resep Ny. Liem

https://youtu.be/TD-bGJ02vDY

Bolu kukus ketan hitam

Resep ny. Liem

 

Bahan A:

Telur 4 btr

Gula pasir 125 gr

Sp/tbm/ovalet 1 sdt

Vanili bubuk 1/2 sdt

Garam 1/4 sdt

 

Bahan B :

Tepung ketan hitam 140gr

Terigu 10 gr

Baking powder 1/2 sdt

 

Bahan C:

Santan 90 ml.

Minyak 90 ml

 

Bahan D:

Kental manis coklat

 

Share:

KAJANG

 KENAPA ADA KAJANG?*

Sang Jiwa & Suara Aksara
— Penjelasan Singkat Upakara Ngeringkes dan Ragam Kajang
Oleh Sugi Lanus
Alkisah, Sang Jiwa diperintahkan Sang Hyang Titah pencipta dan pengatur semesta turun ke dunia.
Lalu Sang Jiwa bertanya:
“Bagaimana aku turun ke dunia?”
Sang Hyang Titah memberi penjelasan:
“Engkau akan turun dalam bentuk aksara”.
Sang Jiwa kembali bertanya:
“Apa itu aksara?”
Sang Hyang Titah memberi jawab:
“Aksara adalah keabadian. Aksara adalah hening sebelum penciptaan semesta. Di dalamnya bertumbuh suara aksara. Ia adalah benih-benih terjadinya alam semesta. Ketika semesta diciptakan, yang muncul kepermukaan adalah suara dan biji-biji suara, dalam dengung. Dalam berbagai suku kata berkumandang di alam raya. Om adalah yang tertinggi dan abadi. Lalu pecah menjadi berbagai dengung suara yang terbagi menjadi suara aksara-aksara yang menjadikan unsur-unsur penciptaan terjadi. Waktu, ruang, jiwa dan alam raya. Jiwa adalah aksara dan suaranya. Jika jiwa ingin mendapat tubuh, ia berdengung dalam berbagai ragam aksara, suara-suara itu yang akan menjadi material tubuh. Tubuh yang tercipta dari dengung ini mengikat dan mewadahi jiwa.”
Sang Jiwa merasa perlu dijelaskan lebih jauh:
“Jika aksara menjadikan aku bertubuh, apakah aku akan terikat dan tak terlepas? Apakah aku kehilangan kesucianku?”
Jawab Sang Kuasa:
“Tubuhmu adalah suara aksara yang mengental. Jika engkau ingin menyucikan tubuhmu, dengungkan kembali aksara-aksara itu sampai bersuara. Suara aksara itu akan melembekkan semua kebekuan jiwa, meluluhkan kekeruhan hati dan jiwa. Sebagaimana air jika ingin memisah diri dari berbagai kotoran yang kadang melewati atau mengambang di atasnya, ia harus menyusup ke dalam pertiwi, begitu juga tubuh yang tak lain suara aksara, ia akan kembali ke kualitas aksara ketika kembali berbagai aksara itu diucapkan dan tata ulang kembali dalam ucap suara aksara. Tubuh disusupkan kembali ke dalam suara aksara. Air disucikan dengan menyusup dalam pertiwi atau diuapkan dalam akasa; tubuh disucikan kembali dengan menyusup dalam suara aksara”.
Sang Jiwa pun berangkat mendengar titah Sang Hyang Titah.
Sebelum berangkat, Sang Jiwa bertanya kembali:
“Jika aku ingin kembali berjumpa denganMu, bagaimana caranya?”
Jawab Sang Hyang Titah:
“Sama seperti saat engkau ke dunia, turun dalan bentuk dan berbekal aksara. Maka ketika kembali kepadaku, kembalilah dalam bentuk aksara.”
Sang Jiwapun turun bertangga dan berpusar dalam aksara. Menjadi putaran suara aksara dan menjelma tubuh.
Demikianlah kisah turunnya Sang Jiwa.
Sang Jiwa tak lain dari aksara yang menjelma tubuh. Untuk kembali Sang Jiwa dikembalikan ke dalam bentuk aksara dan suara aksara.
Upakara atau ritual kematian, di Bali, untuk mengembalikan Sang Jiwa dikenal dengan nama Upakara Ngeringkes (atau Ngelelet).
Melalui tata cara Ngeringkes (atau Ngelelet) tubuh orang yang telah berpulang disucikan kembali ke asalnya, yaitu: aksara suci. Sang Jiwa yang turun ke dunia dengan sarana aksara, dikembalikan ke titik muasalnya yaitu suara suci.
Demikian juga isi dari Kajang (Kain putih bertulis berbagai aksara suci) adalah jalan mengembalikan tubuh kembali ke hakikat suara aksara, yang menjadi muasalnya sebelum terbentuk dan masuk dalam tubuh yang dibentuknya sendiri dengan dengung suara aksara. Dipakai rubrub atau penutup jasad yang berpulang. Pada pokoknya semua Kajang adalah sama. Terdiri dari kombinasi dan komposisi aksara suci Tri Aksara, RwaBhinneda, dan Dasa Aksara, dan penunggalannya. Semua tingkatan stratifikasi sosial mendapat aksara pokok ini. Memang ada sedikit perbedaan antara welaka dan pandhita, karena pandhita dalam masa hidupnya mereka telah mendapat panugrahan Dasa Aksara dll dalam proses diksa dan internalisasi dalam puja dan astawa mereka.
Sang Hyang Titah adalah Ongkara Mula. Inilah ditulis dan diucapkan kembali suaranya. Tubuh sang Jiwa di dalam suara dalam Aksara Krakah-Mudra, Aksara Wrestra-Nuriastra dan Aksara Swalalita.
Ketiga pembagian aksara itu dikenal sebagai Tri Kona yaitu esensi perjalanan Sang Jiwa ketika mengalami kehidupan bertubuh: Utpti, Stiti, Pralina (lahir, hidup, mati). Sang Jiwa yang lahir, tumbuh bertubuh, dan ketika berpulang tangga kembalinya adalah suara aksara.
Sang Jiwa yang bertubuh, jika ingin selaras dengan muasal dan Sang Hyang Titah, ia harus menjalankan doa harian menghayati dan mendengungkan kembali berbagai suara aksara tubuhnya.
Pesan ajaran itu mengatakan: “Suarakan, pahami posisi, hayati, hidupkan sampai bergetar semua aksara-aksara itu”.
1. A = dengung suara aksara Ati Putih
2. Na = dengung suara aksara Nabi (pusar)
3. Ca = dengung suara aksara cekoking gulu (ujung leher)
4. Ra = dengung suara aksara tulang dada (tulang keris)
5. Ka = dengung suara aksara pangrengan (telinga)
6. Da = dengung suara aksara dada
7. Ta = dengung suara aksara netra (mata)
8. Sa = dengung suara aksara sebuku-buku (persendian)
9. Wa = dengung suara aksara ulu hati (madya)
10. La = dengung suara aksara lambe (bibir)
11. Ma = dengung suara aksara cangkem (mulut)
12. Ga = dengung suara aksara gigir (punggung)
13. Ba = dengung suara aksara bahu (pangkal leher)
14. Nga = dengung suara aksara irung (hidung)
15. Pa = dengung suara aksara pupu (paha)
16. Ja = dengung suara aksara jejaringan (penutup usus)
17. Ya = dengung suara aksara ampru (empedu)
18. Nya = dengung suara aksara smara (kama)
Ajaran “Hanacaraka ring sarira” (ha-na-ca-ra-ka dalam anatomi tubuh-jiwa) adalah salah satu metode memasuki hening dengan memahami dan menggetarkan anatomi suara aksara tubuh yang beririsan dengan Sang Jiwa.
Pertemuan sastra yang 18 Aksara Wreastra menjadi Dasa Daksara:
— ha – nya menjadi sang
— na – ya menjadi nang
— ca – ja menjadi bang
— ra – pa menjadi mang
— ka – nga menjadi tang
— da – ba menjadi sing
— ta – ga menjadi ang
— sa – ma menjadi wang
— wa – la menjadi ing, yang
Aksara Wreastra, jika dibaca dari belakang adalah penjabaran ajaran untuk memahami Kamoksan. Dari penjelasan yang tertinggi asal muasal, mantra, agama, kelengkapan manusia, alam dan jalan pencapaian menuju Nirwana, sebagai berikut:
— ‘nyaya’ adalah Sang Hyang Pasupati,
— ‘japa’ adalah Sang Hyang Mantra,
— ‘ngaba’ adalah Sang Hyang Guna,
— ‘gama’ adalah ajaran kebenaran abadi,
— ‘lawa’ adalah manusia,
— ‘sata’ adalah hewan, ternak, dan binatang,
— ‘daka’ adalah sulinggih orang suci,
— ‘raca’ adalah tumbuhan,
— ‘naha’ adalah moksa-nirwana.
Aksara yang adalah muasal dan esensi alam raya dan kehidupan manusia, banyak turunan dan pembahasannya.
Untuk memahami gambaran umum pembagian bija aksara dan modre yang dipakai dasar pembuatan Kajang, ada baiknya membaca sekilas pembagian Aksara Suci di bawah ini.
Pembagian sepuluh:
— Dasa Sita (modre dengan dasar aksara wreasta yaitu dari ha – wa),
— Dasa Sila dan Dasa Bayu (aksara swalelita bertemu dengan sembilan aksara wreasta lainnya, dari la – nya).
Rangkuman dari pertemuan Dasa Sita dengan Dasa Sila dan Dasa Bayu, memunculkan ‘Dasa Aksara’.
Sang Hyang Dasa Aksara dalam badan;
— Sa di jantung,
— Ba di hati,
— Ta di kambung,
— A di empedu,
— I di dasar hati,
— Na di paru – paru,
— Ma di usus halus,
— Si di ginjal,
— Wa di pankreas,
— Ya di ulu hati.
Sang Hyang Dasa Aksara disarikan menjadi Sang Hyang Panca Brahma: Sa, Ba, Ta, A, I.
Sang Hyang Panca Brahma: Sa, Ba, Ta, A, I, disarikan memuncak menjadi menjadi SANG HYANG TRI AKSARA: A, U, Ma.
Terjadikan proses pembentukan suara yang bisa didengungkan sebagai mantra dengan turun SANG HYANG ARDA CANDRA (bulan sabit), SANG HYANG WINDHU (lingkaran) dan SANG HYANG NADA (titik-carik-catra).
Sang Hyang Dasa Aksara pun bersuara: Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang.
Dalam pendetaan di Bali aksara suci tersebut menjadi bagian dari puja, diletakan dalam tubuh, dan penjuru angin, serta dalam sesaji dan doa lainnya. Termasuk dalam pembuatan KAJANG.
Prakteknya ada petunjuk begini:
— Aksara suci puja pangajum: Mang Ang Ong Ung Yang;
— Aksara suci panedun: Ang Ong Ung Yang Mang;
— Aksara suci ngenteb-nganter sesajen banten: Ong Ung Yang Mang Ang;
— Aksara suci nunas panugrahan: Ung Yang Mang Ang Ong.
Aksara suci dalam pembuatan tirta, disebut Panca Tirta,
— Aksara suci Sang sebagai bija aksara Tirta Sanjiwani, pangelukatan (penyucian untuk menjaga kesucian hati).
— Aksara suci Bang sebagai bija aksara Tirta Kamandalu, pangeleburan (penetralisir dari semua anasir negatif).
— Aksara suci Tang sebagai bija aksara Tirta Kundalini, pemunah (penghilang semua kotor dan pengaruh ilmu orang lain atau kekuatan negatif).
— Aksara suci Ang sebagai bija aksara Tirta Mahatirta, kasidian (memberi taksu, ketajaman berpikir, kesaktian, menguatkan ilmu yang dipelajari).
— Aksara suci Ing sebagai bija aksara Tirta Pawitra, pangesengan (membakar mala/kekotoran).
Panca Brahma juga dalam kependetaan diinternalisasi dalam tubuh dan batin:
— Nang diinternalisasi di suara.
— Mang diinternalisasi di tenaga
— Sing diinternalisasi di hati/perasaan
— Wang diinternalisasi di pikiran
— Yang diinternalisasi di nafas.
Selanjutnya jika diulangi dengan urutan terbalik:
— Yang diinternalisasi di jiwa
— Wang diinternalisasi di guna/aura
— Sing diinternalisasi di pangkal tenggorokan
— Mang diinternalisasi di lidah
— Nang diinternalisasi di mulut
Aksara Rwa Bhinneda dalam diri suaranya: Ong Ung.
Ong di hati putih, Ung di hati hitam.
Ung di empedu, Ong di pankreas.
Ong di dubur, Ung di usus.
Aksara Hyang Tunggal: ONG.
Aksara Rwa Bhinneda: Ang (api) dan Ah (air).
Tri Aksara: Mang Ang Ung
Aksara Suci Kemulan: Ang Ung Mang
Pangastitia Widdhi-Dewa-Bhatara: Ung Mang Ang
Pengeraksa Jiwa dengan Catur Aksara: Mang Ang Ung Ong
Pengundang Bhuta Dengen dengan Catur Kahuripan: Ang Ung Ong Mang
Pemageh Bayu dengan Catur Rsi: Ung Ong Mang Ang
Pangemit Bayu dengan Catur Dewati: Ong Mang Ang Ung
Ajaran suci suara aksara tubuh yang lebih luas menjelaskan anatomi tubuh Sang Jiwa terdiri dari 112 simpul suara aksara, secara umum manusia memiliki 108 suara aksara yang membuatnya terkoneksi dengan proses penciptaan awal, Sangkan Paraning Dumadi.
Sang Jiwa turun ke dunia dalam bentuk suara aksara, kembali lagi ke Sang Hyang Titah sebagai suara aksara.
*Materi ini adalah ringkasan diskusi LONTAR INDIK KAJANG, 14 November 2017, disampaikan oleh Sugi Lanus, Kurator Museum Pustaka Lontar, Dukuh Penaban, Karangasem, sekaligus pendiri Hanacaraka Society.
All reactions:
7
Like
Comment
Send
Share:

Contact Us

Name

Email *

Message *

Search This Blog

Powered by Blogger.

About Me

My photo
My Name is NI NENGAH DESSI.I am a blogger.Female.I am a Balinese.Indonesia is my country.

SEGEHAN HARI RAYA NYEPI

  Kemarin banyak yang tanya Segehan yg 11tanding itu untuk dimana Ini saya share ulang yang lebih lengkap. ✓ Tri Mala Paksa, yaitu Bhuta Buc...